12:24 AM
Unknown
No comments
Berawal
dari rasa prihatin dengan kondisi masyarakat sekitar yang masih
terbelakang dari segi pendidikan, lahirlah Yayasan Zahrotul Ilmi di
Kampung Poncol, Desa Babakan, Ciseeng, Kabupaten Bogor. Lelaki yang
masygul melihat masyarakat yang belum mampu mengecap pendidikan, banyak
yang tak lulus pendidikan tingkat dasar, tak bisa baca tulis, apalagi
membaca Al-Qur’an itu adalah KH. Ahmad Shobri Lubis (37).
Awalnya putra dari pasangan H. Burhanudin Umar Lubis, MA dan Prof. Dr. Hj Nabilah Lubis, MA, guru besar UIN Syarif Hidayatullah, itu gemar mendatangi area milik orang tuanya di Parung, Bogor. Apalagi di sana terdapat lahan perikanan. Karena seringnya berinteraksi dengan warga masyarakat sekitar, akhirnya diketahuilah kondisi mereka yang sangat memprihatinkan. “Mereka banyak yang SD saja tak lulus, baca tulis latin tidak bisa. Apalagi membaca Al-Qur’an. Padahal wilayah ini dekat ibu kota negara”, kata Ketua Yayasan Zahratul Ilmi itu kepada Suara Islam.
Sebagai seorang da’i dan putra dari pasangan pendidik, tentu saja Ustadz Shobri tergerak untuk membantu mereka agar mampu mendapatkan pendidikan yang mumpuni. Untuk merealisasikan cita-cita mempersiapkan generasi Islam yang Rabbani, teguh berakidah, berpola pikir dan bersikap Islami, pada tahun 2002 didirikanlah sebuah Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ). Warga antusias menyambutnya. Proses belajar mengajar memanfaatkan sebuah mushola keluarga yang dimiliki keluarga Ustadz Shobri.
Setelah TPQ berjalan, kemudian didirikan pula majelis taklim ibu-ibu, yang mengajarkan keaksaraan fungsional di malam hari. Ibu-ibu sekitar dan juga remaja diajari membaca dan menulis Al-Qur’an. Kegiatan itu terus berjalan, hingga pada 2005, didorong antusiasme warga akhirnya didirikanlah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT). Siswa angkatan pertama terkumpul 15 anak, dari putra-putri warga sekitar. Hingga saat ini, setalah lima tahun lebih berjalan siswa SDIT telah mencapai sekitar 150 anak.
Kini, di atas area seluas 5 hektar yang sebagian besar masih berupa lahan perikanan dan pertanian itu bukan hanya berdiri TPQ dan SDIT, tetapi juga berdiri Pondok Pesantren An-Nur, Madrasah Diniyah (MD) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Satu Atap An-Nur. “Ke depan kita juga akan rintis Madrasah Aliyah (MA)”, kata Sekjen Front Pembela Islam (FPI) itu.
Awalnya putra dari pasangan H. Burhanudin Umar Lubis, MA dan Prof. Dr. Hj Nabilah Lubis, MA, guru besar UIN Syarif Hidayatullah, itu gemar mendatangi area milik orang tuanya di Parung, Bogor. Apalagi di sana terdapat lahan perikanan. Karena seringnya berinteraksi dengan warga masyarakat sekitar, akhirnya diketahuilah kondisi mereka yang sangat memprihatinkan. “Mereka banyak yang SD saja tak lulus, baca tulis latin tidak bisa. Apalagi membaca Al-Qur’an. Padahal wilayah ini dekat ibu kota negara”, kata Ketua Yayasan Zahratul Ilmi itu kepada Suara Islam.
Sebagai seorang da’i dan putra dari pasangan pendidik, tentu saja Ustadz Shobri tergerak untuk membantu mereka agar mampu mendapatkan pendidikan yang mumpuni. Untuk merealisasikan cita-cita mempersiapkan generasi Islam yang Rabbani, teguh berakidah, berpola pikir dan bersikap Islami, pada tahun 2002 didirikanlah sebuah Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ). Warga antusias menyambutnya. Proses belajar mengajar memanfaatkan sebuah mushola keluarga yang dimiliki keluarga Ustadz Shobri.
Setelah TPQ berjalan, kemudian didirikan pula majelis taklim ibu-ibu, yang mengajarkan keaksaraan fungsional di malam hari. Ibu-ibu sekitar dan juga remaja diajari membaca dan menulis Al-Qur’an. Kegiatan itu terus berjalan, hingga pada 2005, didorong antusiasme warga akhirnya didirikanlah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT). Siswa angkatan pertama terkumpul 15 anak, dari putra-putri warga sekitar. Hingga saat ini, setalah lima tahun lebih berjalan siswa SDIT telah mencapai sekitar 150 anak.
Kini, di atas area seluas 5 hektar yang sebagian besar masih berupa lahan perikanan dan pertanian itu bukan hanya berdiri TPQ dan SDIT, tetapi juga berdiri Pondok Pesantren An-Nur, Madrasah Diniyah (MD) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Satu Atap An-Nur. “Ke depan kita juga akan rintis Madrasah Aliyah (MA)”, kata Sekjen Front Pembela Islam (FPI) itu.
Madrasah
Tsanawiyah An-Nur didirikan sejak 2009 lalu. Siswanya kini berjumlah 55
anak dari dua kelas, kelas tujuh dan kelas delapan. Bukan hanya dari
warga sekitar, siswa MTs An-Nur juga berasal dari luar Bogor seperti
Medan, Flores, Lampung, Banten, Tasikmalaya dan Bandung. Semua jenjang
pendidikan itu masih dalam proses akreditasi di Dinas Pendidikan.
Di setiap jenjang pendidikan, diterapkan kurikulum yang menggabungkan antara ilmu umum (sains) dan ilmu agama (ulumuddin). “Kita ingin menghapus adanya dikotomi antara ilmu dunia dan akhirat”, jelas mantan Ketua Umum Komite Pembebasan Al-Aqsha (Haiah Tahrir Al-Aqsha) itu. Karena itu di sekolah ini diajarkan kepada siswa mata pelajaran akidah, akhlak, Ilmu dan Tahfizh Al-Qur’an, Ilmu Hadits, sejarah Islam dan Bahasa Arab. Bahkan untuk jenjang Tsanawiyah diberlakukan boarding school.
Selain mata pelajaran umum dan ilmu-ilmu diniyah, siswa juga dibekali dengan keahlian-keahlian di bidang kewirausahaan melalui kegiatan ekstrakurikuler peternakan, perikanan dan pertanian. Kegiatan ekstrakurikuler lain yang dapat diikuti siswa diantaranya Pramuka dan beladiri, Palang Merah Remaja (PMR). Para siswa juga dilatih kemampuan dua bahasa, bahasa Inggris dan bahasa Arab. Untuk membentuk karakter dan mental siswa, secara reguler diadakan camping (berkemah) dan outbond.
Dari sisi tenaga pengajar, Yayasan Zahrotul Ilmi telah menyediakan staf-staf dan tenaga pengajar yang mumpuni di bidangnya. Sumber daya manusia pengelola dan staf pengajar di semua jenjang pendidikan adalah para alumni perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Sekarang jumlah tenaga pengajar berjumlah 18 orang. Para guru itu hingga saat ini juga masih terus mendapatkan penempaan ilmu. “Kami selalu berupaya meningkatkan kualitas keilmuan tenaga pengajar”, kata Ustadz Shobri yang pernah mengikuti Program bahasa di Universitas Al-Azhar, Mesir itu.
Di setiap jenjang pendidikan, diterapkan kurikulum yang menggabungkan antara ilmu umum (sains) dan ilmu agama (ulumuddin). “Kita ingin menghapus adanya dikotomi antara ilmu dunia dan akhirat”, jelas mantan Ketua Umum Komite Pembebasan Al-Aqsha (Haiah Tahrir Al-Aqsha) itu. Karena itu di sekolah ini diajarkan kepada siswa mata pelajaran akidah, akhlak, Ilmu dan Tahfizh Al-Qur’an, Ilmu Hadits, sejarah Islam dan Bahasa Arab. Bahkan untuk jenjang Tsanawiyah diberlakukan boarding school.
Selain mata pelajaran umum dan ilmu-ilmu diniyah, siswa juga dibekali dengan keahlian-keahlian di bidang kewirausahaan melalui kegiatan ekstrakurikuler peternakan, perikanan dan pertanian. Kegiatan ekstrakurikuler lain yang dapat diikuti siswa diantaranya Pramuka dan beladiri, Palang Merah Remaja (PMR). Para siswa juga dilatih kemampuan dua bahasa, bahasa Inggris dan bahasa Arab. Untuk membentuk karakter dan mental siswa, secara reguler diadakan camping (berkemah) dan outbond.
Dari sisi tenaga pengajar, Yayasan Zahrotul Ilmi telah menyediakan staf-staf dan tenaga pengajar yang mumpuni di bidangnya. Sumber daya manusia pengelola dan staf pengajar di semua jenjang pendidikan adalah para alumni perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Sekarang jumlah tenaga pengajar berjumlah 18 orang. Para guru itu hingga saat ini juga masih terus mendapatkan penempaan ilmu. “Kami selalu berupaya meningkatkan kualitas keilmuan tenaga pengajar”, kata Ustadz Shobri yang pernah mengikuti Program bahasa di Universitas Al-Azhar, Mesir itu.
Untuk
kelancaran proses belajar mengajar, pihak yayasan telah membangun ruang
belajar, masjid, majelis ta'lim, lab biologi untuk MTs, lapangan olah
raga dan asrama putra dan putri untuk santri tingkat MTs. Untuk jenjang
pendidikan dasar (SDIT), ruangan yang dimiliki saat ini, tidak mampu
menampung jumlah siswa yang mendaftar. Pihak yayasan sedang mengupayakan
untuk membangun kelas-kelas baru.
Bagaimana
bila ada calon siswa yang berminat belajar di sana, tetapi tidak
mampu?. Ustadz Shobri menjawab, pihaknya akan mengupayakan memberikan
beasiswa kepada para anak yatim. "Sehingga cita-cita mulia kami untuk
memajukan pendidikan di tempat ini dan membentuk generasi rabbani dapat
tercapai", jelasnya. (shodiq ramadhan)Yayasan Zahrotul Ilmi
Penyelenggara TPQ, MD, MI Terpadu, MTs SA (Boarding School)
Pendaftaran: Jl. Amd RT. 02/06 Kp. Poncol, Desa Babakan, Kec. Ciseeng, Bogor 16330
Telp. 0251-9148043, 081 707 67971, 081213109845, 083873562191.
0 comments:
Post a Comment
Komentar anda akan dihapus jika :
1. SPAM atau meninggalkan komentar mengandung unsur SARA
2. Berkata kasar atau kata-kata negatif lainnya
3. Meninggalkan komentar dengan link hidup
4. Komentar tidak berhubungan dengan tema
5. Jika anda ingin berlangganan "komentar" dari artikel ini, pilih link "Subscribe by email" pada bagian bawah form komentar