


Keutamaan Ali Versi Syiah Rafidhah
Di antara kesesatan mereka adalah: Ibnu Al-Muthahhir[1] Al-Hulli berkata[2],
“Imamiah telah bersepakat bahwa setelah Nabi kita, Ali lebih utama
daripada para nabi selain ulul azmi. Dan dalam masalah apakah Ali lebih
utama daripada para rasul ulul azmi ada perbedaan pendapat.” Al-Hulli
berkata, “Dan saya termasuk orang-orang yang tawaqquf dalam masalah ini.
Dan perbedaan pendapat ini juga berlaku pada imam-imam dari keluarga
Ali.”
Ath-Thusi berkata dalam kitabnya At-Tajrid[3],
“Ali adalah sahabat yang paling utama karena sangat seringnya dia
berjihad …,” sampai ucapannya, “Mu’jizat nampak dari Ali, keistimewaan
beliau sebagai kerabat dan saudara Nabi, serta kewajiban untuk
mencintai, menolong, dan kesetaraannya dengan para nabi.” Pensyarahnya
berkata[4], “Hal ini didukung oleh sabda beliau shalllallahu alaihi wasallam, “Barangsiapa
yang ingin melihat ilmunya Adam, ketakwaannya Nuh, kesabarannya
Ibrahim, kewibawaannya Musa, dan ibadahnya Isa, hendaknya dia melihat
Ali bin Abi Thalib.” Karena hadits ini menunjukkan kesetaraan sifat Ali dengan sifat-sifat para nabi.”
Keabsahan hadits di atas masih butuh ditinjau[5].
Dan kalaupun dianggap shahih maka hadits itu tidak menunjukkan
kesetaraan. Karena kesamaan pada sebagian sifat tidak mengharuskan
kesetaraan dari semua sisi, sebagaimana yang bisa dipahami secara
langsung. Dan siapa saja yang meyakini ada manusia selain para nabi yang
lebih utama daripada mereka atau setara (musawiyan)[6]
dengan mereka, maka sungguh dia telah kafir. Ijma’ dalam masalah ini
telah dinukil oleh lebih dari seorang ulama. Kebaikan apa yang ada pada
suatu kaum yang keyakinan mereka menyebabkan mereka kafir.
[1]
Dia adalah Al-Hasan bin Yusuf bin Muthahhir Al-Hulli Al-Iraqi
Asy-Syi’i, salah seorang syaikh Rafidhah, kun-yahnya Abu Manshur. Dia
berguru kepada si penolong kekafiran dan pembantu ateis An-Nashir
Ath-Thusi. Dia adalah orang yang dengki kepada para sahabat radhiallahu
anhum, sehingga dia memenuhi semua karya tulisnya dengan celaan dan
perendahan terhadap mereka. Dia lah penulis kitab Minhaj Al-Karamah,
yang dibantang oleh Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiah rahimahullah dengan
kitab beliau yang sangat berharga: Minhaj As-Sunnah An-Nabawiah fi
Naqdhi Kalam Asy-Syi’ah wa Al-Qadariah. Dan itu adalah bantahan yang
sangat menarik dan kitab yang sangat berharga. Semoga Allah marahmati
Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiah.
Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah (14/100) karya Ibnu Katsir
dan Lisan Al-Mizan karya Ibnu Hajar pada biografi bagian Al-Husain, no.
2841
[2] Mukhtashar At-Tuhfah Al-Itsna Asyariah hal. 100
[3] Syarh At-Tajrid lembar 162
[4] Syarh At-Tajrid lembar 164
[5]
Ini adalah hadits palsu, disebutkan oleh Al-Kinani dalam Tanzih
Asy-Syari’ah Al-Marfu’ah an Al-Akhbar Asy-Syani’ah Al-Maudhu’ah (1/385)
dan Ibnu Al-Jauzi dalam Al-Maudhu’at (1/370). Ibnu Al-Jauzi berkata,
“Ini adalah hadits yang palsu.”
[6] Dalam kitab asalnya tertulis ‘musawin lahum’.