


Masalah
Imam Mahdi sering kali diangkat oleh kaum syi’ah karena merupakan
ajaran penting dalam agama mereka. Mereka mengaitkan segudang harapan
pada kemunculannya sebagai ‘Ratu Adil’… untuk melampiaskan dendam
kesumat mereka kepada Ahlussunnah. Riwayat-riwayat mereka menyebutkan
bahwa Si Mahdi akan muncul ketika kondisi telah demikian kacau dan
rusak. Karenanya, mereka sengaja menimbulkan berbagai kekacauan dan
kerusakan lewat tindak-tindak anarkhis dan praktik nikah mut’ah (zina)
di tengah masyarakat, dalam rangka mempercepat kemunculannya.
Namun,
bagaimana sesungguhnya hakikat si Mahdi ini? Para ulama telah
membongkar kebohongan Mahdi versi Syi’ah dan membantah tuntas
syubhat-syubhat mereka.
Di antara para ulama yang telah
melakukannya adalah Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Katsir, dan
ulama-ulama masa kini. Untuk itu kami ringkaskan pembahasan berikut ini
dari kitab Badzlul Majhud Fi Itsbati Musyabahatir Rafidhah Lil Yahud
karya Asy-Syaikh Abdullah Al-Jumaili.
1. Al-Hasan Al-‘Askari
sebagai bapak Al-Mahdi versi Syi’ah sebenarnya tidak mempunyai anak. Ia
meninggal tanpa keturunan. Dan sungguh ini adalah hikmah Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang besar untuk membongkar kedok kedustaan mereka.
Dan ini diakui oleh buku-buku Syi’ah sendiri seperti Al-Kafi karya
Al-Kulaini, Al-Irsyad karya Al-Mufid, dan lain-lain.
2. Anggaplah
kelahiran itu ada, tapi persembunyiannya yang lama ini membuat
keberadaannya tiada arti. Ath-Thusi, ulama mereka, menyebutkan sebab
tidak keluarnya adalah takut dibunuh. Ini adalah sebab yang
dibuat-buat, karena dalam keyakinan mereka, ia akan muncul dan mendapat
pertolongan dari Allah (Biharul Anwar, 52/191).
Lalu mengapa
takut? Ataukah dia tidak beriman dengan berita-berita riwayat mereka
itu? Demikian pula, bila dia takut dibunuh alias pengecut, maka ini
–menurut mereka juga– tidak sesuai dengan syarat keimaman. Sebab,
menurut mereka, syarat sebagai seorang imam adalah harus yang paling
pemberani. (Al-Anwar An-Nu’maniyyah, 1/34)
1. Artinya pula, ia akan keluar nanti bila sudah aman. Lalu untuk apa keluar jika sudah aman, tidak ada perlunya?!
2. Sekarang negara Syi’ah sudah ada, yaitu Iran. Bukankah negara itu siap melindungi Mahdi mereka? Mengapa tidak keluar?
3.
Kalau ia tidak bisa melindungi dirinya dari pembunuhan, bagaimana mau
melindungi orang lain? Alasan yang dibuat-buat itu, justru menunjukkan
bahwa Mahdi mereka memang tidak ada.
4. Mahdi mereka itu tidak ada
maslahatnya dari sisi din dan dunia. Lebih-lebih di antara prinsip
Syi’ah adalah bahwa hukum-hukum syariat tidak bisa dilaksanakan sampai
munculnya Mahdi. Sementara Mahdi mereka hanya fiktif. Artinya, mereka
hidup tanpa syariat
Apakah ini bisa diterima oleh akal seorang
muslim, siapapun dia? Oleh karenanya, mau tidak mau Khomeini (tokoh
Syiah) harus mengakui realita ini, sehingga dia katakan:
“Sesungguhnya,
kita berada pada masa persembunyian besar (Mahdi) dan telah lewat
masanya lebih dari 1.200 tahun… Sekarang sesungguhnya hukum-hukum Islam
dan undang-undang syariat, apakah akan dibiarkan dan ditinggalkan
sampai masanya muncul, supaya selama selang waktu persembunyian yang
panjang masanya ini orang-orang menjadi tanpa beban, mereka berada
dalam kebebasan semau mereka? Maknanya bahwa syariat Islam hanya untuk
waktu yang terbatas. Dalam kurun waktu 1 atau 2 abad saja. Dan ini
adalah termasuk penghapusan syariat Islam yang paling jelek yang kami
tidak sependapat dengannya. Demikian pula tidak seorang muslim pun
sependapat….” (Al-Hukumah Al-Islamiyyah, hal. 41-42, dinukil dari
Badzlul Majhud karya Asy-Syaikh Abdullah Al-Jumaili, 1/272)
Asy-Syaikh
Abdullah Al-Jumaili mengatakan: “Apa yang disebutkan oleh Khomeini
bahwa keyakinan Al-Ghaibah (persembunyian Al-Mahdi) pada akhirnya
mengarah kepada penghapusan syariat mereka. Ini adalah pendapat yang
benar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tampakkan melalui lisannya, untuk
Allah Subhanahu wa Ta’ala tegakkan hujjah atas mereka (orang-orang
Syi’ah).” (Badzlul Majhud karya Asy-Syaikh Abdullah Al-Jumaili, 1/272)
Dari
sini, mungkinkah Sunnah dan Syi’ah bergandeng tangan? Orang yang
berakal tentu menjawab tidak mungkin. Hal itu bagaikan mencampur antara
minyak dan air.
Atas dasar itu, maka segala ajakan menuju
pendekatan antara Sunnah dan Syi’ah adalah merupakan kesesatan dan upaya
untuk mengubur al-wala` dan al-bara` serta menghapus identitas
As-Sunnah dari Ahlus Sunnah.
Tidakkah kalian sadar –wahai
pengikut aliran Syi’ah– akan kebatilan aqidah kalian ini? Dan ini baru
satu masalah. Demikian pula aqidah-aqidah kalian yang lain. Tak jauh
kebatilannya dari itu, bahkan banyak yang lebih batil darinya. Sadarlah
dan kembalilah kepada Islam yang dibawa oleh Rasul Rabb semesta alam,
Muhammad bin Abdillah Al-Qurasyi, Al-Hasyimi…
Wallahu a’lam.
sumber : Khilafah Islamiyah
Aqidah
- Terjawab sudah kebohongan cerita tentang Neil Armstrong…?
- Muroqobatullah Tingkat Tinggi
- Pembagian Orang-orang Kafir
- Hati – hati dengan Modus Pemurtadan lewat Facebook
- Bernahkah Badan Orang Musyrik Itu Najis?
- Hancurkan Blog Ini!! Blog Pencemaran Islam
- Fatimah Yang Berduka
- Misi dan Fakta Kristenisasi di Indonesia dan Dunia
- Hati-Hati Kaligrafi Kristiani Dijual Bebas
- Apa benar ini Video Gus Dur diBaptis Paderi Kristian?
- Save Maryam...!
- Memahami Pengertian Ibadah
- Menguak Hakikat Ibadah
- Mewujudkan Tujuan Hidup
